Sosok Double Agent Terbaik Di Perang Dunia Ke 2, mata-mata MI5 yang memiliki agen bernama Juan Pujol Garcia, yang pernah memanipulasi kematiannya. Dia melindungi rahasianya nyaris empat dasawarsa. Pujol adalah eks pejuang Perang Saudara Spanyol yang paling membenci totaliterisme-baik yang dikepalai Francisco Franco di Spanyol, ataupun Adolf Hitler di Jerman.

Sosok Double Agent

Perang Inggris Dengan Jerman

Sewaktu Inggris berperang dengan Jerman di 1939, Pujol berkeinginan buat masuk dengan Inggris selaku mata-mata serta menentang Jerman. Akan tetapi, karena tidak mempunyai link dengan Inggris, dia lantas tertolak. Meskipun demikian, Pujol tak berserah. Dia jalankan ide lain buat menolong Inggris dalam perang.

Sebelumnya menerima namecode GARBO, Juan Pujol Garcia adalah seseorang peternak ayam serta eksekutif hotel di Fasis Spanyol.

Ia memulai profesi spionase tanpa ada kursus, tanpa ada contact. Pajol diputari oleh agen intelijen dari semuanya segi.

Menariknya, dalam akhir Perang Dunia II, Pajol dikaruniai Iron Cross Second Class dari Hitler sendiri serta jadi anggota Ordo Kerajaan Inggris oleh Raja George VI.

Pujol yaitu agen double yang berani. Ia berperan besar kepada sukses agresi D-Day, namun Nazi tidak memahami kalau mereka udah mendapatnya.

Bagaimana profesi Pujol selaku agen double tak ketauan sampai akhir hayatnya dan ia mendapat dua gelar kehormatan sama hal yang udah dijelaskan itu?

Sewaktu Spanyol kisruh oleh perang saudara dari tahun 1936 sampai 1939, Pujol jadi tak senang kepada Fasis serta Komunis seusai dianiaya oleh ke-2 pihak, walaupun dia udah melaksanakan mesti militer ke Spanyol di tahun 1931.

Sewaktu Perang Dunia II meledak, Pujol serta istrinya dekati pemerintahan Inggris buat menjajakan jasanya selaku responden.

Sewaktu tertolak, Pujol membikin identitas palsu buat diri sendiri selaku petinggi Spanyol yang paling pro-Nazi serta profesi mata-matanya lantas lahir.

Ia merasa perang menentang Nazi selaku satu diantara “buat kebaikan umat manusia.”

Bukannya datang ke Inggris buat memasukkan makin banyak agen sama hal yang disuruhnya dari Berlin, Pujol berpindah ke Lisbon.

Dari situs judi slot online terbaik, ia mulai mengumumkan banyak penangan Nazi terkait intelijen yang menyeramkan dari sumber terbuka, dari pemandu liburan sampai Inggris, ensiklopedi serta buku rujukan, iklan majalah, dan gulungan info.

Nazi menerimanya serta latihnya berdasar pada berapa memesona laporannya.

Pujol lantas lekas punya jaringan palsu dari agennya sendiri serta bakal menuding mereka atas data yang keliru.

Namun sewaktu Jerman mulai mengincar konvoi palsu, yang dibentuk oleh Pujol, intelijen Inggris suka kepadanya. Orang Inggris-lah yang menamainya GARBO.

Di 1942, Pujol kembali dekati pemerintah Inggris. Dia memperjelas andilnya selaku agen double dengan tunjukkan laporan-laporan palsu yang udah dibentuk buat Jerman.

Tanpa ada setahu Pujol, pemerintahan Inggris udah memahami ada agen rahasia yang kirim data palsu ke Jerman dari Portugal serta Spanyol. Akan tetapi, Inggris tidak akan tahu siapa orangnya. Sewaktu Pujol mengatakan identitasnya, mereka lekas bawa ke London buat bekerja dengan MI5 (tubuh intelijen rahasia Inggris).

Di lain bagian, Nazi masih memikir kalau Pujol adalah mata-mata penting waktu perang. Mereka tidak mengenali kalau Pujol yaitu agen double — walaupun beberapa info yang diberikan kadangkala salah.

“Saya kira, Jerman tidak memikir ada satu orang yang dapat merekayasa banyak data. Mereka pun takut kehilangan agen terhebat serta jaringannya seandainya mengakhiri Pujol,” kata Talty.

Pada Jerman, Pujol mengucapkan, dia punya 27 bawahan yang siap memberinya laporan teranyar.

Satu diantara tipuan Pujol yang termasyhur yaitu sewaktu dia mengucapkan kalau ide agresi Normandia yaitu info palsu — walaupun sebenarnya, itu betul terdapatnya. Sebab data dari Pujol itu, Nazi tak persiapkan diri buat gempuran serta sekutu sukses memperlancarkan D-Day.

Pascaperang

Seusai perang selesai di 1945, Pujol lanjut bekerja di MI5. Dia menyidik apa Jerman rencana buat memunculkan Reich Ke-4. Serta sewaktu pekerjaannya tuntas, Pujol rencana keluar Eropa buat mengarahkan pemikirannya dari kekejaman perang. Dia memutuskan Venezuela.

Akan tetapi, sebab banyak eks anggota Nazi yang memutuskan Venezuela selaku tempat pelarian, Pujol memikir, bakal bertambah aman apabila beberapa orang memandangnya udah mati.

Di 1948, Pujol mengabari Tommy Harris, penanggung jawabannya di MI5. Eks agen double itu memohon Harris mengabarkan ke seluruh orang kalau dia mati di Angola gara-gara malaria. Harris setelah itu sebarkan info ini ke semuanya organisasi. 1 tahun setelah itu, dubes Inggris lantas menyampaikan kematian Pujol ke negara aslinya, Spanyol.

Sedangkan, di Venezuela, Pujol tumbuhkan jenggot serta memakai kacamata biar kelihatan tidak sama.

Dia melindungi rahasia kematian sampai tahun 1980. Ketika itu, Nigel West, penulis Inggris, menyidik kehidupan Pujol serta punya teori kalau dia tidak mati. West lalu menelusur kemunculan Pujol serta mendapatkan kebenarannya.

Menurut Talty, Pujol tak dengan maksud manipulasi meninggalnya waktu itu. Dia bisa-bisa mengatakan kebenaran di 1960an, sewaktu kondisi udah aman, serta Nazi tak dapat mengkhawatirkannya kembali. Akan tetapi, sebab malu bakal karirnya yang redup di Venezuela, Pujol memtuskan untuk terus sembunyi dari dunia.

“Apabila membaca histori spionase, Anda jelas mengenali ada banyak agen double yang teperdaya sebab uang. Akan tetapi, itu tidak berlangsung di Pujol. Dia adalah agen double yang visioner, serta itu sangat jarang. Pujol melaksanakan seluruhnya sebab idealisme yang dia punya,” terang Talty.

Pujol sungguh-sungguh tinggalkan dunia ini di 1988.