Pahlawan revolusi adalah orang-orang yang dulu menjadi target penculikan PKI dengan cara yang cukup sadis dan keji. Karena mereka difitnah telah melakukan makar kepada Presiden RI yang pertama, yaitu Ir Soekarno melalui Dewan Jenderal. Oleh karena itu, mereka dijemput paksa dan dibawa ke Lubang Buaya untuk disiksa bahkan dibunuh.
Setelah dibunuh, mereka dimasukkan ke dalam sumur yang ada di kawasan Lubang Buaya, karena lubang yang begitu sempit mereka hanya di buang begitu saja pada sumur yang dalam itu. berlokasi di Jakarta Timur.
Ada enam Jenderal dan juga satu perwira pertama dari TNI AD yang menjadi korban peristiwa G30S PKI. Karena kekejian yang di lakukan pada masa situs judi slot yang gacor itu pahlawan revolusi sudah membuat hal yang sangat berjasa bagi negara kita sekarang ini.
Jasad mereka ditemukan di area sumur tua yang memiliki kedalaman kurang lebih 12 meter oleh Satuan Resimen Anggota Komando Angkatan Darat. Saat itu, jasad mereka ditemukan pada tanggal 4 Oktober 1965.
Pada malam hari tanggal 30 September 1965, Letkol Untung bersama satu batlyon Divisi Diponegoro, Divisi Brawijaya dan beberapa Pemuda Rakyat PKI pergi untuk menculik A.H Nasution, Ahmad Yani, Parman dan empat perwira tinggi lainnya. Letkol Untung dan pasukannya berhasil menculik semua perwira tinggi kecuali A.H Nasution. Penculikan tujuh perwira tinggi pada 30 September 1965 berakhir dengan pembunuhan.
Akibat dari peristiwa G30S PKI juga adalah tumbangnya pemerintah orde lama yang dipimpin Soekarno. Ketujuh korban yang sebelumnya disinggung kemudian dikenal sebagai pahlawan revolusi. Berikut 7 nama pahlawan revolusi Indonesia beserta profilnya yang telah diringkas agar dapat dipahami lebih mudah.
1.Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat)
Jenderal Ahmad Yani lahir di Jenar, Purworejo pada tanggal 19 Juni 1922. Awalnya Jenderal Ahmad Yani mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan PETA (Pembela Tanah Air) di Bogor
Selain itu, Ahmad Yani juga pernah melakukan perang gerilya saat melawan Belanda di peristiwa agresi militer Belanda. Setelah adanya pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, beliau lalu ditarik ke Kota Tegal, Jawa Tengah. D i kota tersebut Ahmad Yani bersama pasukan khususnya yaitu Banteng Raiders. Dimana mereka berhasil menumpas dan mengalahkan pemberontakan Darul Islam yang dulu dibentuk oleh Kartosuwiryo.
2. Letnan Jenderal TNI Anumerta R. Suprapto
Dalam perjalanan karir Parman bermula saat bergabung di Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah kemerdekaan Indonesia 1945, yang selang beberapa bulan kemudian Parman diangkat menjadi kepala staf polisi militer yang berada di Yogyakarta. Tak berhenti sampai disitu, Parman juga pernah menjadi polisi militer, penerjemah, kepala staf Gubernur militer di Jabodetabek berpangkat Mayor, hingga asisten intelijen bagi KSAD Jenderal Ahmad Yani.
3. Mayjen M.T Haryono (Deputi III Menteri/Panglima Angkatan Darat Bidang Perencanaan dan Pembinaan)
Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono atau biasa dikenal dengan nama Mayjen MT Haryono ini lahir di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 20 Januari 1924. Setelah merampungkan pendidikan dasarnya, ia juga sempat menempuh pendidikan di Ika Dai Gakko (Sekolah Tinggi Kedokteran) di zaman Jepang, meskipun tidak sampai tamat karena Jepang menyerah.
4. Mayor Jenderal Siswondo Parman
Pahlawan revolusi yang kedua ini lahir di Wonosobo, Jawa Tengah pada 14 Agustus 1918. Siwondo Parman pernah menjadi siswa di sekolah kedokteran meskipun akhirnya berhenti setelah Jepang menjajah Indonesia. S. Parman pernah mengikuti pendidikan SD, SMP, sampai sekolah tinggi kedokteran. Tetapi ketika itu tentara Jepang menduduki Republik sehingga S. Parman gagal meraih gelar dokter.
5. Brigjen TNI Donald Isaac Pandjaitan
Brigjen TNI Donald Isaac Pandjaitan lahir di Balige, Sumatera Utara pada tanggal 9 Juni 1925. Ketika jepang menguasai Indonesia, Pandjaitan baru saja menyelesaikan sekolahnya. Kemudian setelah tamat SMA, beliau menjadi anggota Gyugun atau bisa disebut sebagai tentara sukarela di wilayah Pekanbaru, Riau.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Pandjaitan mulai bergabung di dalam Tentara Keamanan Rakyat atau TKR yang baru saja dibentuk. Pertama bergabung, beliau menjabat sebagai komandan batalyon. Kemudian Ia ditugaskan menjadi Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi pada tahun 1948.
6. Mayjen TNI Sutoyo Siswomiharjo
Pasca Indonesia merdeka tahun 1945, Sutoyo Siswomiharjo atau biasa dipanggil dengan nama pak Toyo memutuskan untuk bergabung di daftar situs judi slot online terpercaya Tak lama kemudian ia memperoleh tugas menjadi seorang ajudan dari Jenderal Gatot Subroto yang masa itu menjabat sebagai komandan polisi militer.
7. Kapten Czi. Pierre Tendean
Nama Lengkap dari Kapten Czi. Pierre Tendean adalah Pierre Andries Tendean. Dirinya biasa dikenal dengan nama Pierre Tendean lahir pada tanggal 21 Januari 1939. Semenjak kecil dirinya sudah memiliki cita-cita sebagai seorang tentara. Setelah menuntaskan sekolahnya, kemudian ia bergabung di sekolah militer Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD). Selama sekolah, ia bahkan sempat berpartisipasi dalam sebuah operasi militer memberantas pemberontakan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) di daerah Sumatera.
Komentar Terbaru